Perkembangan Vaksin Dengue ( demam berdarah )

Author: dayat /

Perkembangan Vaksin Dengue
(Demam berdarah)


1. Pendahuluan
Virus Dengue adalah jenis virus dari grup Flavivirusyang mempunyai 4 serotipe; Dengue­1, Dengue­2, Dengue­3, dan Dengue­4. Bentuk infeksi virus Dengue dapat berupa Dengue Fever (DF), Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) atau Demam Berdarah Dengue (DBD), dan Dengue Shcok Syndrome (DSS). Penyakit ini terutama menyerang anak-anak dengan gejala demam tinggi mendadak, dapat disertai manifestasi perdarahan dan bertendensi menimbulkan syok dan kematian (Depkes RI, 1986).
Penyakit ini ditularkan melalui gigitan nyamuk terutama Aedes aegypti, tetapi dapat juga melalui Aedes albopictus, Aedes polynesiensis dan Aedes scutellaris (WHO, 1986). A. aegypti dan A. albopictus terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia sehingga memungkinkan seluruh daerah Indonesia terjangkit infeksi Dengue, terlebih dengan semakin majunya perhubungan dan ramainya lalu lintas manusia antara daerah. Sampai saat ini hanya pemberantasan vektor yang dapat dilakukan untuk pencegahan infeksi virus Dengue ini kurang efektif Untuk itu diusahakan cara pencegahan lain yaitu dengan vaksinasi. (Eckels dkk, 1980).
Kekebalan manusia terhadap virus Dengue dengan jenis antigen yang sama merupakan kekebalan seumur hidup. Oleh sebab itu vaksin virus Dengue yang hidup diduga juga menghasikan kekebalan yang berlangsung lama. Seisms daya lindung antara serotipe virus Dengue terbatas, maka penyelidikan vaksin setiap serotipe virus (monovalen) dibutuhkan sebelum imelangkah ke vaksin multivalen,virus Dengue-2 adalah serotipe yang utama menimbulkan wabah DHF/DSS dan banyak meng-akibatkan kematian (WHO, 1986). Oleh karena itu diharapkan adanya vaksin virus ideal yang dapat memberi kekebalan kepada semua orang, dan menghasilkan antibodi yang dapat memberi daya lindung lama serta tanpa menimbulkan efek samping bagi si penerima.
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit akut yang ditandai dengan panas mendadak selama 2-7 hari tanpa sebab yang jelas disertai dengan manifestasi perdarahan dan kadang–kadang disertai dengan berak darah, muntah darah, kesadaran menurun atau rejatan (syok). (Ditjen PPM dan PLP, 1996 :21). Menurut Satari (2004), Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit infeksi yang berakibat fatal. Sedangkan menurut Hiswani (2003), penyakit demam berdarah dengue adalah penyakit infeksi virus, terutama menyerang pada anak-anak dengan ciri-ciri demam tinggi mendadak dengan manifestasi pendarahan dan bertendensi menimbulkan shock yang menyebabkan kematian
1.1 Vaksin dangue-2
Penelitian vaksin Dengue­2 hidup yang dilemahkan sudah dimulai sejak tahun 1971 di Walter Reed Army Institute of Research dan Universitas Hawai (Halstead, 1980).
Virus Dengue­ ini didapat dari seorang laki-laki di Puerto Rico padatahun1969 dan di-inokulasikan pada sel PGMK (Primary Green­ Monkey Kidney) sebanyak 19 kali. Salah satu clone yang terbentuk yaitu S­1 mempunyai sifat-sifat antara lain: menghasilkan plague kecil pada selnya, keganasan penyakitnya menurun pada tikus dan monyet, sensitif terhadap perubahan suhu dan menunjukkan penurunan pertumbuhan di dalam biakan monosit manusia (Eckels dkk, 1976). Setelah 4 kali pencucian yang dilakukan pada sel diploid paru-paru dari janin rhesu). Vaksin virus Dengue-2 tersedia dengan label DEN­2 (PR­159/S-1) lot no: 1 dalam bentuk lyophilized, kemasan 3 ml, dengan cara pemberian subkutan, pada legan atas kiri, hasil produksi Departement of Biologics Research, Walter Reed Army Institute of Research, Washington, D.C (Bancroft dkk, 1981).
2. Penyebab infeksi
Penyebab penyakit ini adalah virus dengue, virus ini termasuk kelompok arthopode borne virus, famili Togaviridae dan termasuk genus Flavivirus dengue. Terbagi empat macam / serotipe yaitu:a. Dengue 1 (DEN – 1), diisolasi oleh Sabin pada tahun 1944.b. Dengue 2 (DEN – 2), diisolasi oleh Sabin pada tahun 1944.c. Dengue 3 (DEN – 3), diisolasi oleh Sather.d. Dengue 4 (DEN – 4), diisolasi oleh Sather. (Hiswani.2003).
Akibat infeksi virus dengue dapat menimbulkan bermacam-macam gejala seperti dibawah ini:a. Asymtomatis.b. Mild Undifferentiated Febrile Illnes.c. Dengue Fever ( demam dengue ).d. Dengue haemorrhagic Fever ( DHF-DBD ).e. Dengue Shock Syndrome ( DSS ). (Hiswani.2003).
Virus DEN termasuk dalam kelompok virus yang relatif labil terhadap suhu dan faktor kimia lain serta masa viremia yang pendek, sehingga keberhasilan dan identifikasi virus sangat bergantung kepada kecepatan dan ketepatan pengambilan. Virus DEN virionnya tersusun oleh suatu untaian genom RNA dikelilingi oleh nukleokapsid, ditutupi oleh suatu envelope (selubung) dari lipid yang mengandung 2 protein, yaitu selubung protein (E) dan protein membran (M).(Soegijanto, 2004). Untuk mendignosa penyakit DBD ini dipakai patokan kriteria klinik WHO (1999) sebagai berikut:
a. Demam mendadak tanpa penyebab yang jelas serta disertai penurunan aktifitas dan nafsu makan.b. Timbul perdarahan baik di gigi, mulut, hidung, kulit, atau tinja.c. Demam yang disertai kemerahan di wajah dan leher serta muntah.d. Tiba-tiba terjadi penurunan suhu tubuh setelah beberapa waktu penderita mengalami demam. Gejala ini diiringi dengan rasa gelisah, sakit perut, dan badan lemas.Kriteria untuk diagnosis laboratorium, satu atau lebih dari hal-hal berikut :a. Isolasi virus dengue dari serum, plasma, leukosit ataupun otopsib. Ditemukannya anti bodi IgG ataupun AgM yang meningkatkan titernya mencapai empat kali lipat terhadap satu atau lebih antigen dengue dalam spesimen serta berpadangan.c. Dibuktikan adanya virus dengue dari jaringan otopsi dengan cara immunokimiawi atau dengan cara immuno-flouresens, ataupun di dalam spesimen serum dengan uji ELISAd. Dibuktikan dengan keberadaan gambaran genomic sekuen virus dari jaringan otopsi, sediaan serum atau cairan serbro spinal (CSS), dengan uji Polymerase Chain Reaction (PCR). (Anonim, 2007). Kewaspadaan menegakkan diagnosis dini penyakit ini sangat penting oleh karena:a. Satu dari tiga penderita Demam Berdarah Dengue akan jatuh ke dalam renjatan.b. Angka kematian yang tinggi sekitar 30 %, diakibatkan renjatan,merupakan gambaran yang menakutkan dan memerlukan penatalaksanaan secara khusus.c. Penderita yang jatuh ke dalam renjatan pada waktu sedang dirawat, mempunyai prognosis yang lebih baik. (Pasaribu, 1992).
Patofisiologi primer DBD dan DSS adalah peningkatan akut permeabilitas vaskuler yang mengarah ke kebocoran plasma ke dalam ruangan ekstravaskuler, sehingga menimbulkan hemokosentrasi dan penurunan tekanan darah. Volume plasma turun lebih dari 20% pada kasus-kasus berat, hal ini didukung penemuan post-mortem meliputi efusi serosa, efusi pleura,hemokonsentrasi dan hipoproteinemi.
Tidak terjadi lesi destruksi nyata pada vaskuler, menunjukkan bahwa perubahan sementara fungsi vaskuler diakibatkan suatu mediator kerja singkat. Jika penderita sudah stabil dan mulai sembuh, cairan ekstravasasi diabsorbsi dengan cepat, menimbulkan penurunan hematokrit. Perubahan hematokrit pada DBD dan DSS melibatkan 3 faktor yaitu perubahan vaskuler, trombositopeni, dan kelainan koagulasi. Hampir semua penderita DBD mengalami peningkatan fragilitas vaskuler dan trombositopeni, dan banyak di antara penderita menunjukkan kuagulogram yang abnormal. .( Soegijanto, 2004).
Nyamuk Aedes aegypti dewasa memiliki ukuran sedang dengan tubuh berwarna hitam kecoklatan. Tubuh dan tungkainya ditutupi sisik dengan gari-garis putih keperakan. Di bagian punggung tubuhnya tampak dua garis melengkung vertikal di bagian kiri dan kanan yang menjadi ciri dari spesies ini. Sisik-sisik pada tubuh nyamuk pada umumnya mudah rontok atau terlepas sehingga menyulitkan identifikasi pada nyamuk-nyamuk tua. Ukuran dan warna nyamuk jenis ini kerap berbeda antar populasi, tergantung dari kondisi lingkungan dan nutrisi yang diperoleh nyamuk selama perkembangan. Nyamuk jantan dan betina tidak memiliki perbedaan dalam hal ukuran nyamuk jantan yang umumnya lebih kecil dari betina dan terdapatnya rambut-rambut tebal pada antena nyamuk jantan. Kedua ciri ini dapat diamati dengan mata telanjang.
Telur, larva dan pupa nyamuk Ae. Aegypti tumbuh dan berkembang di dalam air. Genangannya yang disukai sebagai tempat perindukan nyamuk ini berupa genangan air yang tertampung di suatu wadah yang biasa disebut kontainer atau tempat penampungan air bukan genanganairditanah.
Survey yang telah dilakukan di beberapa kota di Indonesia menunjukkan bahwa tempat perindukan yang paling potensial adalah TPA yang digunakan sehari-hari seperti drum, tempayan, bak mandi, bak WC, ember dan sejenisnya. Tempat perindukan tambahan adalah disebut non-TPA, seperti tempat minuman hewan, barang bekas, vas bunga, perangakap semut dan lain-lainnya, sedangkan TPA alamiah seperti lubang pohon, lubang batu, pelepah daun, tempurung kelapa, kulit kerang, pangkal pohon pisang, potongan bambu dan lain-lainnya. Nyamuk Ae. Aegypti lebih tertarik untuk meletakkan telurnya pada TPA berair yang berwarna gelap, paling menyukai warna hitam, terbuka lebar, dan terutama yang terletak di tempat-tempat yang terlindungi sinar matahari. Nyamuk Ae. Aegypti hidup domestik, lebih menyukai tinggal di dalam rumah daripada luar rumah. Nyamuk betina menggigit dan menghisap darah lebih banyak di siang hari terutama pagi atau sore hari antara pukul 08.00 sampai dengan 12.00 dan 15.00 sampai dengan 17.00. Kesukaan menghisap darah lebih menyukai darah manusia daripada hewan, menggigit dan menghisap darah beberapa kali pada siang hari orang sedang aktif, nyamuk belum menghisap darah beberapa kali karena pada siang hari orang sedang aktif, nyamuk belum kenyang, orang sudah bergerak, nyamuk terbang dan menggigit lagi sampai cukup darah untuk pertumbuhan dan perkembangantelurnya. Waktu mencari makanan, selain terdorong oleh rasa lapar, nyamuk Ae. Aegypti juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu bau yang dipancarkan oleh inang, temperatur, kelembaban, kadar karbon dioksida, dan warna. Khan dkk.(1996) melaporkan bahwa untuk jarak yang lebih jauh, faktor bau memegangi peranan penting bila dibandingkan dengan faktor lainnya. Kebiasaan istirahat lebih banyak di dalam rumah pada benda-benda yang bergantung, berwarna gelap dan di tempat-tempat lain yang terlindung. (Soegijanto, 2004).
Di sini dapat digunakan beberapa cara antara lain dengan mencegah nyamuk kontak dengan manusia yaitu memasang kawat kasa pada lubang ventilasi rumah, jendela, dan pintu. Dan yang sekarang digalakkan oleh pemerintah yaitu gerakan 3M yaitu :
1) Menguras tempat penampungan air dengan menyikat dinding bagian dalam dan dibilas paling sedikit seminggu sekali,2) Menutup rapat tempat penampungan air sedemikian rupa sehingga tidak dapat diterobos oleh nyamuk dewasa,3) Menanam / menimbun dalam tanah barang-barang bekas atau sampah yang dapat menampung air hujan. (Soegijanto, 2004)
Dari semua cara pengendalian tersebut di atas tidak ada satu pun yang paling unggul. Untuk menghasilkan cara yang efektif maka dilakukan kombinasi dari beberapa cara tersebut di atas. Tapi yang paling penting di atas semua cara-cara tersebut adalah menggugah dan meningkatkan kesadaran masyarakat agar mau memperhatikan kebersihan lingkungannya dan memahami tentang mekanisme terjadinya penularan penyakit DBD sehingga dapat berperan secara aktif menanggulangi penyakit DBD. (Soegijanto, 2004).














DAFTAR PUSTAKA

1. Acmad, Holani (1997). Menuju Desa Bebas Demam Berdarah Dengue.Berita Epidemiologi ,Maret 1997.
2. Ahmad Taufik S, Rohadi, Rina Lestari (2007). Profil Hematologi dan Serologi Penderita DHF yang dirawat di Rumah Sakit Islam Siti Hajar Mataram Juni 2005-Juni 2006. Jurnal Kedokteran Mataram, Nomor 2, Februari 2007.
3. Anonim (2007). Demam Berdarah.www.infeksi.com
4. Alimul, A. Aziz, S.Kep. Ners. (2003). Riset Keperawatan dan Teknis Penulisan Ilmiah. Jakarta : Salemba Medika
5. Banjarmasin Pos (2007). Musim Hujan, Awas Demam Berdarah. http://www.indomedia.com/bpost/012007/5/ragam/art-1.htm Jumat, 05 Januari 2007 00:08
6. Chemika, Brataco (2003).Nyamuk Aedes aegypty. http://www.bratachem.com/abate/ nyamuk.htm. 14 April 2004
7. Darwis, Sudarwan Danim (2003). Metode Penelitian Kebidanan. Jakarta : Buku Kedokteran EGC
8. Depkes RI (2004). Kajian Masalah Kesehatan Demam Berdarah Dengue. Jakarta : Badan Litbangkes
9. Depkes RI (2004). 56 Penderita Demam Berdarah di Jawa Timur Meninggal.www.depkes.go.id.2-11-2007
10. Depkes RI (2005). Pencegahan dan Pemberantasan Demam Berdarah Dengue di Indonesia. Jakarta : Dirjen PP& PL
11. Ditjen PPM dan PLP (1996). Laporan KLB DBD : Upaya penanggulangannya di Kabupaten Kupang Propinsi NTT tanggal 6 s/d 10 Februari 1996.Berita Epidemiologi, Kwartal I,1996
12. Hayani (2006). Pengaruh Pelatihan Guru UKS terhadap Efektivitas Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue di Tingkat Sekolah Dasar, Kota Palu, Provinsi Sulawesi Tengah. Jurnal Ekologi Kesehatan Vol 5 No 1, April 2006 : 376 – 379
13. Hiswani (2003). Pencegahan dan Pemberantasan Demam Berdarah Dengue. http://library.usu.ac.id
14. Muhlisin,Abi (2006). Penanggulangan Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kelurahan Singopuran Kartasura Sukoharjo. WARTA, 124 A, Vol .9, No. 2, September 2006: 123 – 129
15. Notoatmodjo,Soekidjo (1997). Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Rineka Cipta
16. Notoatmodjo, Soekidjo (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
17. Nursalam, (2003). Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan (pedoman skripsi tesis dan instrumen penelitian keperawatan. Jakarta : salemba medika
18. Pasaribu,Syahril (1992). Penatalaksanaan Demam Berdarah Dengue Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 80, 1992
19. Riduwan, (2006). Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung : Alfabeta
20. Satari,Hindra dkk (2004). Demam Berdarah : Perawatan di rumah dan rumah sakit. Jakarta : Puspa Swara
21. Saifudin, Aswar (2004). Metode Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
22. Setyowati, dkk (2006). Evaluasi Pemeriksaan Imunokromatografi -. Indonesian Journal of Clinical Pathology and Medical Laboratory, Vol. 12, No. 2, Mar 2006: 91-8890
23. Siregar,Faziah A.,Dr. (2004). Epidemiologi dan Pemberantasan Demam Berdarah Dengue di Indonesia. © 2004 Digitized by USU digital library
24. Soegijanto, Soegeng (2004). Demam Berdarah Dengue. Surabaya : Airlangga University Press
25. STIKES Surya Mitra Husada (2007). Pedoman Penulisan Usulan Penelitian Skripsi. Kediri
26. Taufik, M. (2007). Prinsip-Prinsip Promosi Kesehatan Dalam Bidang Keperawatan. Jakarta : Infomedika
27. WHO (1999). Demam Berdarah Dengue : Diagnosis, Pengobatan, dan Pengendalian. Jakarta :EGC

2 komentar:

Nopi Stiyati P mengatakan...

first: its nice blog, so artistic

second: makalah kamu bagus sekali: kutipan sudah ada, daftar pustaka juga ok, hanya saja ada beberapa kutipan yang tidak ada di daftar pustaka dan ada literatur di daftar pustaka yang tidak ada di makalah. kemudian,tidak ada gambar yang bisa menunjukkan kepada pembaca seperti apa virus yang kamu bicarakan. makalah kamu juga tidak mengikuti format yang dianjurkan, sehingga tidak terarah pada tujuan yang diinginkan.

third: perbaiki ya..thanks

satu dunia mengatakan...

aa dayat kenapa virus kita bisa sama ya????????
aa umpat kelompok virus merugikan juwa???
ga ngikitin kocokan yaaaaaaaaaa

Posting Komentar